Diberdayakan oleh Blogger.

Do'a Bagi Orang Banyak Masalah


“Wahai Dzat Yang Mahahidup lagi Maha Berdiri dengan sendiri-Nya, dengan rahmat-Mu aku mohon pertolongan. Perbaikilah urusanku seluruhnya dan jangan Engkau serahkan aku kepada diriku walau hanya sekejap mata.”

Sumber Doa

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu berkata: RasulullahShallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepada FathimahRadhiyallahu 'Anha,

مَا يَمْنَعُكِ أَنْ تَسْمَعِي مَا أُوْصِيْكِ بِهِ، أَنْ تَقُوْلِي إِذَا أَصْبَحْتِ وَإِذَا أَمْسَيْتِ: يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ، يِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ

"Apa yang menghalangimu untuk mendengar apa yang aku wasiatkan kepadamu? Hendaknya saat berada di pagi dan sore hari engkau mengucapkan, ‘Wahai Dzat Yang Mahahidup lagi Maha Berdiri dengan sendiri-Nya, dengan rahmat-Mu aku mohon pertolongan. Perbaikilah urusanku seluruhnya dan jangan Engkau serahkan aku kepada diriku walau hanya sekejap mata’.” (HR. Al-Nasai dalam al-Sunan al-Kubra, Al-Bazzar, dan Al-Hakim dan ia menyatakan sahih sesuai syarat muslim. Dishahihkan Al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah, no. 227)

Terdapat redaksi serupa dari hadits Abu Bakrah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: Doa saat tertimpa kesahan:

اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

"Ya Allah, hanya rahmat-Mu yang aku harapkan, maka janganlah Engkau menyerahkan aku kepada diriku sendiri meski hanya sekejap mata dan perbaikilah seluruh urusanku. Tiada Ilah Yang berhak disembah selain Engkau." (HR. Abu Dawud no. 5090, Ahmad no. 27898 Ibnu Hibban. Dihassankan oleh Syaikh Syuaib Al-Arnauth dan Al-Albani dalam Shahih al-Jami' no. 3388)

Keutamaan dan Kandungannya
Do'a di atas adalah satu satu bacaan zikir pagi dan sore hari. Ini dapat dilihat dari perkataan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada putrinya Fathimah Radhiyallahu 'Anha, "Apa yang menghalangimu untuk mendengar apa yang aku wasiatkan kepadamu? Hendaknya saat berada di pagi dan sore hari engkau mengucapkan . ."
Ia termasuk doa yang sangat agung. Mengandung pernyataan ubudiyah kepada Allah dan tawassul kepada Allah dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya, yaitu al-Hayyu dan al-Qayyum. Di mana seorang hamba berharap bantuan dan dukungan-Nya serta meminta pertolongan dengan rahmat-Nya yang meliputi segala sesuatu. Harapannya, ia mendapatkan sesuatu yang membuatnya bahagia dunia-akhirat.
Kemudian ia meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta'alaagar memperbaiki segala urusan dan hal-ihwalnya. Ia berdoa, "Perbaikilah urusanku seluruhnya," maksudnya: segala urusanku yang ada dalam rumahku, keluargaku, tetanggaku, sahabatku, pekerjaanku, studiku, jiwaku, hatiku, kesehatanku, dan segala sesuatu yang berhubungan denganku. Jadikanlah semua itu baik dan menyenangkan untukku.
Di sana ada keyakinan bahwa baiknya urusan seorang hamba adalah karunia Allah Ta'ala. Bukan semata hasil usaha hamba dan kemahirannya. Karenanya, doa tersebut ditutup dengan pengakuan akan kefakiran dan kelemahan diri di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sehingga seorang hamba benar-benar tunduk dan berserah diri kepada keagungan Allah 'Azza wa Jalla.  Ia berkata,

 وَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ

"Jangan Engkau serahkan aku kepada diriku walau hanya sekejap mata.” Maksudnya: jangan Engkau tinggalkan aku bersama kelemahanku sekejap saja, tapi sertailah aku dengan kesejahteraan selama-lamanya serta tolonglah aku dengan kekuatan dan kuasa-Mu. Karena siapa yang bertawakkal kepada Allah maka Dia akan mencukupkannya. Siapa yang memohon pertolongan kepada Allah, maka Dia akan menolongnya. Sesungguhnya seorang hamba senantiasa butuh kepada Allah setiap saat. tak sedetikpun ia mampu lepas dari pertolongan-Nya.

Celaan Merasa Tidak Butuh Kepada Allah
Sesungguhnya Allah telah mencela orang-orang yang tertipu dengan kekayaan dan kekuasaannya sampai ia lupa diri dan lupa akan kefakiran dan butuhnya kepada Allah; sehingga ia melampaui batas dan menyombongkan diri, maka ia menjadi orang celaka.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

كَلَّا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَيَطْغَى أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَى

"Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup." (QS. Al-'Alaq: 6-7)

وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى

"Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar." (QS. Al-Lail: 8-10)

Letak Kesempurnaan Hamba
Sesungguhnya kesempurnaan hamba ditentukan oleh ubudiyahnya, pengakuannya terhadap kefakiran diri di hadapan Rabb-nya dan sangat-sangat butuh kepada-Nya, dan tidak bisa lepas dari pertolongan Allah walau sekejap mata. Karenanya, ia senantiasa berdoa,

أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ

"Perbaikilah urusanku seluruhnya dan jangan Engkau serahkan aku kepada diriku walau hanya sekejap mata.
Juga senantiasa berdoa,

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ

 “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu." (HR. Ahmad dan at Tirmidzi)

Ia yakin bahwa hatinya berada di tangan Allah 'Azza wa Jalla. Dirinya tidak punya kuasa sedikitpun terhadapnya. Sedangkan Allah mengarahkan hati tersebut sekehendak-Nya. Dia berfirman tentang hakikat ini,

وَلَوْلَا أَنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدْتَ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلًا

"Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati) mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka." (QS. Al-Isra': 74)

Ada Gerhana Matahari Jum'at Pagi, Mari Laksanakan Shalat Kusuf!


Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksikan pada tanggal 9-10 Mei 2013 akan terjadi Gerhana Matahari Cincin (GMC) yang dapat diamati dari Samudra Pasifik, Australia, Singapura, Indonesia (kecuali Sumatera bagian Utara) dan Filipina bagian Selatan. Di Australia dan Pasifik akan mengalami Gerhana Matahari Cincin. Sementara di Indonesia (kecuali Sumatera bagian Utara) akan berupa Gerhana Matahari Sebagian (GMS) pada tanggal 10 Mei 2013 pagi hari.
Untuk negara kita, Indonesia bagian timur memiliki kesempatan melihat fase gerhana sejak mulai hingga berakhir. Seperti wilayah Kupang, Manado, Ternate, Ambon, Sorong, Manokwari, Marauke, Jayapura, Kendari, Palu, dan Makasar. 

Wilayah Indonesia bagian barat hanya dapat melihat fase gerhana berakhir; seperti wilayah  Semarang, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Bandar Lampung, Bengkulu, Palembang, dan Padang. Bahkan sebagian keterangan, untuk kota Padang dan sekitarnya, praktis secara kasat mata tidak akan menyadari adanya gerhana seperti hari-hari biasa.
Menurut Pakar astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, wilayah Jawa bagian barat akan menyaksikan gerhana sangat sebentar. Karena Pukul 06.30 WIB, gerhana sudah benar-benar berakhir. Untuk wilayah Papua, gerhana bisa disaksikan lebih dari satu jam. Bahkan dia berani memastikan, gerhana bisa disaksikan kecuali terdapat awan atau hujan yang mengganggu pandangan ke langit. (Kompas.com, amis, 9 Mei 2013)   
    Gerhana Matahari Bagian dari Tanda Kebesaran Allah
    Fenomena gerhana (matahari dan bulan) merupakan tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Terjadi bukan karena lahirnya seseorang, sembuh dari sakit parahnya, atau karena kematiannya. Namun keduanya terjadi semata-mata karena kehendak Allah untuk menunjukkan kebesaran dan kekuasaan-Nya dan untuk menakut-nakuti hamba-Nya.
    Diriwayatkan dari Al-Mughirah bin Syu'bah Radliyallah 'Anhuberkata: "Terjadi gerhana matahari pada zaman RasulullahShallallahu 'Alaihi Wasallam, bertepatan dengan meninggalnya Ibrahim (putra beliau). Lalu orang-orang berkata, "Terjadinya gerhana matahari karena kematian Ibrahim." Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallambersabda,

    إِنَّ اَلشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اَللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ, فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا, فَادْعُوا اَللَّهَ وَصَلُّوا, حَتَّى تَنْكَشِفَ

    "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak pula karena hidupnya seseorang. Maka jika kalian melihatnya bersegeralah berdoa kepada Allah dan shalat sehingga kembali terang." (Muttafaq 'alaih)

    إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُخَوِّفُ بِهِمَا عِبَادَهُ

    "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak pula karena hidupnya seseorang. Tapi, Allah Ta'ala menakut-nakuti hamba-Nya dengan keduanya." (HR. Bukhari dan Muslim)

    Terjadinya gerhana menjadi sebab turunnya adzab kepada manusia. Dan Allah hanya akan menakut-nakuti hamba-Nya dengan sesuatu ketika mereka durhaka kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk melakukan sesuatu yang bisa menghilangkan rasa takut dan mencegah turunnya musibah, yaitu beristighfar, berdzikir, bertakbir, bershadaqah, membebaskan budak, dan shalat gerhana.
    Para ulama menjelaskan tentang hikmah sabda Nabi di atas, bahwa sebagian kaum jahiliyah yang sesat mengagungkan matahari dan bulan. Lalu beliau menerangkan, keduanya merupakan dua tanda kebesaran Allah Ta'ala dan dua makhluk-Nya yang tak punya kuasa berbuat apa-apa. Tetapi keduanya sebagaimana makhluk lainnya, memiliki kekurangan dan bisa berubah seperti yang lain. Sebagian orang sesat dari kalangan ahli nujum dan selainnya berkata, tidak terjadi gerhana matahari dan bulan kecuali karena kematian orang besar atau semisalnya. Kemudian NabiShallallahu 'Alaihi Wasallam menjelaskan bahwa perkataan mereka ini adalah batil sehingga tidak boleh diyakini. Begitu juga saat terjadinya gerhana yang bebarengan dengan meninggalnya Ibrahim, putra Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. (Lihat: Syarah Muslim li Al-Nawawi)

    Disyariatkan Shalat Saat Terjadi Gerhana Matahari
    Tanda-tanda kebesaran Allah yang dinampakkan di muka bumi tidak semuanya disikapi dengan shalat. Berbeda dengan kejadian gerhana, karena di dalamnya terdapat sesuatu yang menimbulkan rasa takut pada diri manusia, maka Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan untuk mendirikan shalat dengan sifat khusus. Beliau bersabda,

    إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ مِنْ النَّاسِ وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَقُومُوا فَصَلُّوا

    "Sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena kematian salah seorang manusia. Tapi keduanya adalah bagian dari tanda-tanda kebesaran Allah, maka jika kamu melihat keduanya segeralah berdiri lalu shalat." (Muttafaq 'Alaih)

    إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهَا فَافْزَعُوا لِلصَّلَاةِ

    "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak pula karena hidupnya. Maka jika kamu melihatnya bersegeralah melakukan shalat." (Muttafaq 'Alaih)

    Waktu Pelaksanaannya
     Waktu shalat gerhana matahari dimulai saat terlihat gerhana sampai gerhana selesai, yakni matahari tersingkap seluruhnya. Dasarnya adalah hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,

    فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى يَنْجَلِيَ

    "Maka apabila kalian melihat keduanya (gerhana matahari dan bulan), maka berdoalah kepada Allah dan shalatlah sampai gerhana selesai." (HR. al-Bukhari)
    Sementara waktu lewatnya shalat gerhana matahari adalah sudah tersingkap seluruh matahari. Apabila langit berawan dan ia ragu apakah gerhana sudah selesai atau belum, maka masih dibolehkan untuk mengerjakan shalat, karena pada asalanya gerhana itu masih berlangsung." (Dinukil dari Shahih Fiqih Sunnah, Abu Malik Kamal: II/98)

    Ringkasan Tatacara Shalat Gerhana
    Tidak ada perselisihan di antara ulama, shalat gerhana dikerjakan dua rakaat. Dan pendapat yang masyhur dari pelaksanaannya adalah pada setiap rakaatnya dua kali berdiri, dua kali bacaan, dua kali ruku', dan dua kali sujud. Ini adalah pendapat Imam Malik, Imam al-Syafi'i, dan Imam Ahmad rahimahumullah.
    Berikut ini kami ringkaskan tata cara pelaksanaan shalat gerhana berdasarkan hadits-hadits shahih:
    1. Bertakbir, membaca istiftah, Isti'adzah, al-Fatihah, kemudian membaca surat yang panjang, setara surat Al-Baqarah.
    2. Ruku' dengan ruku' yang panjang (lama).
    3. Bangkit dari ruku' dengan mengucapkan Sami'Allahu LIman Hamidah, Rabbanaa wa Lakal Hamd.
    4. Tidak langsung sujud, tetapi membaca kembali surat Al-Fatihah dan surat dari Al-Qur'an namun tidak sepanjang pada bacaan sebelumnya.
    5. Ruku' kembali dengan ruku' yang panjang tapi tidak sepanjang yang pertama.
    6. Bangkit dari ruku' dengan mengucapkan, Sami'Allahu LIman Hamidah, Rabbanaa wa Lakal Hamd.
    7. Sujud, lalu duduk di antara dua sujud, kemudian sujud kembali.
    8. Kemudian berdiri untuk rakaat kedua, dan caranya seperti pada rakaat pertama tadi sehingga di akhiri dengan duduh tasyahhud dan salam.
    Catatan:
    • Disunnahkan pelaksanaan shalat gerhana di masjid, tidak ada adzan atau iqomah sebelumnya, hanya panggilan “Al-Shalatul Jami'ah.”
    Dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha, "Bahwa telah terjadi gerhana matahari di zaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallamlalu beliau mengutus seorang untuk menyeru “Al-Shalatul Jami'ah,” maka mereka berkumpul dan beliau maju bertakbir dan shalat dua rakaat dengan empat ruku' dan empat sujud." (HR. Muslim)
    Diriwayatkan dari Abdullah bin 'Amr, ia mengatakan: "Ketika terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, diserukan “Al-Shalatul Jami'ah”. (HR. Al-Bukhari)
    • Disunnahkan Imam untuk memberikan nasihat kepada manusia dengan berkhutbah setelah shalat, memperingatkan mereka agar tidak lalai dan memerintahkan mereka supaya memperbanyak doa, istighfar, dan amal shalih. Hal ini didasarkan pada hadits 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha, "Ketika NabiShallallahu 'Alaihi Wasallam sudah selesai dari shalat, beliau berdiri dan berkhutbah kepada jama'ah. Beliau memuji Allah dan menyanjungnya. Kemudian beliau mengatakan,
    إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا ثُمَّ قَالَ يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ وَاللَّهِ مَا مِنْ أَحَدٍ أَغْيَرُ مِنْ اللَّهِ أَنْ يَزْنِيَ عَبْدُهُ أَوْ تَزْنِيَ أَمَتُهُ يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلبَكَيْتُمْ كَثِيرًا

    "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak pula karena hidupnya seseorang. Maka jika kalian melihatnya bersegeralah berdoa kepada Allah, bertakbirlah, shalat dan bersedekahlah. Kemudian beliau bersabda: Wahai Umat Muhammad, demi allah, tidak ada seorangpun yang lebih pencemburu daripada Allah. (Dia cemburu) hamba sahaya laki-laki dan hamba sahaya perampuan-Nya berzina. Wahai umat Muhammad, demi Allah kalau saja kalian tahu apa yang aku ketahui niscaya kalian sedikti tertawa dan banyak menangis." (HR. Al-Bukhari)

    Maknanya, tidak ada yang lebih banyak mencela perbautan keji (zina) daripada Allah Ta'ala. Yang ini mengindikasikan, bahwa Allah akan menghukum pelaku zina di dunia dan akhirat, atau di salah satunya. Ini memiliki korelasi dengan perintah untuk memperbanyak istighfar, zikir, doa, shalat dan shadaqah, karena maksiat adalah sebab utama datangnya bala' dan musibah, dan maksiat yang paling hina adalah berzina. (Diringkaskan dari ketarangan Ibnul Hajar dalam Fath al-Baari, Bab Shadaqah fi al-Kusuf).

    Terlalu Bahaya Banyak Bersumpah


    Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.Perseteruan Eyang Subur versus Adi Bing Slamet-Arya Wiguna membuat heboh jagat hiburan tanah air. Tayangan infotainment secara massif berhasil menyihir masyarakat. Banyak orang meniru dan mengabadikan aksi maki dan umbar aib dalam video-video parodi yang diungguh di dunia maya. Dari  Salah satu yang menarik dan banyak ditiru adalah kesaksian Arya Wiguna dan sumpah “Demi Tuhaan”-nya dengan menggebrak meja.

     Banyak orang meniru aksi sumpah “Demi Tuhaan” Arya Wiguna sehingga manjadi mainan dan materi guyonan. Padahal sumpah merupakan sesuatu yang agung; khususnya jika disebut nama Allah di dalamnya. Karenanya dalam tulisan berikut kami ingin ingatkan saudara seiman agar tidak memainkan sumpah dengan nama Allah dan menggampangkannya.

    Sesungguhnya terlalu gampang dan sering bersumpah dengan nama Allah menunjukkan tidak ada (kurang)-nya pengagungan terhadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Padahal mengagungkan nama Allah merupakan tanda sempurnanya tauhid. Jika ia terlalu sering bersumpah maka orang akan mengganggap remeh sumpahnya tersebut. Akibatnya, sumpah dengan nama Allah dianggap remeh atau enteng.
    Allah telah mencela orang yang terlalu banyak atau gampang bersumpah.

    وَلاَ تُطِعْ كُلَّ حَلاَّفٍ مَّهِينٍ

    Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina.” (QS. Al-Qalam: 10)

    Allah sudah memerintahkan agar tidak mudah dan sering bersumpah dalam firman-Nya,  

    وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُم

    Dan jagalah sumpahmu.” (QS. Al-Maidah: 79)

    Ada beberapa makna dan maksud yang disebutkan para ulama tentang maksud dari perintah menjaga sumpah:  
    Pertama, menjaga sumpah dengan nama Allah dari bersumpah dusta. Ia berusaha jujur dalam sumpahnya. Kemudian jika ada orang yang bersumpah dengan nama Allah ia menerimanya selama tidak ada indikasi kuat bahwa ia berbohong dan bersumpah terhadap sesuatu yang batil.

    Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

    مَنْ حَلَفَ بِاللَّهِ فَلْيَصْدُقْ وَمَنْ حُلِفَ لَهُ بِاللَّهِ فَلْيَرْضَ وَمَنْ لَمْ يَرْضَ بِاللَّهِ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ

    Barangsiapa yang bersumpah dengan nama Allah, maka hendaknya ia jujur. Dan Barangsiapa yang diberi sumpah dengan nama Allah maka hendaklah ia rela (menerimanya), barangsiapa yang tidak rela menerima sumpah tersebut maka lepaslah ia dari Allah.” (HR. Ibnu Majah)

    Dalam hadits lain,

    وَلاَ تَحْلِفُوْا بِاللهِ إِلاَّ وَأَنْتُمْ صَادِقُوْنَ

    Dan janganlah kamu bersumpah atas nama Allah kecuali kamu dalam kondisi benar (sungguh-sungguh).”(HR. Abu Dawud dan al-Nasa’i)

    Kedua, menjaga sumpah dengan tidak membatalkan atau menghianati sumpahnya apabila telah bersumpah. Kecuali membatalkannya untuk kebaikan; seperti bersumpah untuk tidak berbicara kepasa saudaranya. Dan jika membatalkan sumpahnya maka ia membayar kafarah sumpahnya.

    Ketiga, menjaga sumpah dari banyak (sering) bersumpah. Ia tidak buru-buru bersumpah kecuali karena sesuatu yang mendesak dan sangat membutuhkan sumpah tersebut.  
    Larangan terlalu gampang dan sering bersumpah dikuatkan dalam beberapa hadits yang membahas larangan bersumpah dengan nama Allah untuk melariskan dagangan, walaupun ia jujur dalam sumpahnya.

    Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: aku mendengar Rasulullah Shalla llahu 'Alaihi Wasallambersabda:

    الْحَلِفُ مُنَفِّقَةٌ لِلسِّلْعَةِ مُمْحِقَةٌ لِلْبَرَكَةِ

    Sumpah bisa melariskan dagangan dan menghancurkan keberkahan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
    Dari Salman Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

    ثَلاثَةٌ لا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، وَلاَ يُزَكِّيهِمْ ، وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ : أُشَيْمِطٌ زَانٍ ، وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ ، وَرَجُلٌ جَعَلَ اللهُ لَهُ بِضَاعَةً فَلا يَبِيعُ إِلَّابِيَمِينِهِ وَلاَ يَشْتَرِي إِلَّابِيَمِينِهِ

    "Tiga orang yang mereka itu tidak diajak bicara dan tidak disucikan oleh Allah pada hari kiamat, serta bagi mereka siksa yang pedih: Orang tua beruban yang berzina, orang melarat yang congkak, dan orang yang menjadikan Allah sebagai barang dagangannya; ia tidak membeli dan tidak pula menjual kecuali dengan bersumpah." (HR. Al-Thabrani dengan sanad shahih. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jami': 3072)
    . . . terlalu gampang dan sering bersumpah dengan nama Allah menunjukkan tidak ada (kurang)-nya pengagungan terhadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala. . .
    Hikmah Tidak Banyak Bersumpah
    1. Orang yang terlalu sering bersumpah dengan nama Allah, maka sumpah itu akan mengalir dari lisan dalam perkara yang besar dan kecil. Sehingga sumpah tersebut tidak membekas dalam hatinya. Ia tak akan aman dari bersumpah palsu sehingga ia merusak tujuan pokok dari disyariatkannya bersumpah. 
    2. Saat seseorang sempurna mengagungkan Allah maka ia akan lebih sempurna dalam ubudiyah. Di antara tanda sempurnanya pengagungan terhadap Allah ia jadikan zikrullah sebagai sesuatu yang paling agung dan tinggi di sisinya daripada menampakkannya untuk kepentingan dunia.
    3. Orang yang banyak bersumpah maka ia merendahkan kejujuran dirinya dan kepercayaan orang lain kepadanya. Seolah-olah ia tidak jujur sehingga ia harus bersumpah agar orang percaya, karenanya Allah menyifati orang yang banyak sumpah sebagai orang hina.

    Rajin Qiyamul Lail Adalah Penghuni Surga, Bukan Ciri Kelompok Sesat


    Al-Hamdulillah, segala puji syukur Allah telah anugerahkan hidayah kepada kita. Siapa yang Dia beri petunjuk tak seorangpun bisa menyesatkannya. Sebaliknya, siapa yang disesatkan oleh-Nya maka tak seorangpun bisa memberinya petunjuk. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
    Qiyamullail (Shalat Sunnah di malam hari) merupakan amal sunnah yang sangat mulia. Bahkan, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyebutkannya sebagai shalat sunnah yang paling utama sesudah shalat fardhu. Ia menjadi salah satu sebab tsabat (keteguhan) di atas al-haq (kebenaran). Karenanya, Allah Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkan kepada Rasul-Nya agar menegakkan qiyamullail sebelum menerima perintah-perintah yang berat dari Allah Ta’ala.

    Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
      
    قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآَنَ تَرْتِيلًا

    Bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya). (Yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzzammil: 2)

    Dalam ayat lain, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Quran kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka.Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari.” (QS. Al-Insan: 23-26)

     Diberitakan oleh Ibunda ‘Aisyah Radhiyallahu 'Anha, “Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak pernah meninggalkan qiyamullail. Apabila beliau sedang sakit atau lemah maka beliau shalat sambil duduk.” (HR. Abu Dawud) 
    Al-Mughirah bin Syu’bah  Radhiyallahu 'Anhu berkata: NabiShallallahu 'Alaihi Wasallam shalat malam sampai kedua tumit beliau bengkak. Lalu disampaikan kepada beliau: Kenapa engkau masih lakukan ini, padahal Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan akan dating. . . kemudian beliau menjawab, “tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur.” (Muttafaq ‘alaih)
    Qiyamullail bukan hanya untuk diri Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam semata. Keutamaannya juga berhak diraih oleh para sahabat dan umatnya. Karenanya, beliau perintahkan mereka untuk menegakkan shalat malam.
    Dari Bilal Radhiyallahu 'Anhu berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

    عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وقُرْبَةٌ إِلى اللَّهِ تعالى، ومِنْهَاةٌ عَنِ الإثمِ، وتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ

    Kerjakanlah shalat malam, sesungguhnya shalat malam adalah kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian, sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, menjadi penghalang dari perbuatan dosa, dan menghapuskan kesalahan.” (Dikeluarkan oleh Imam At-Tirmidi, Al-Hakim (1/308) dan Al-Baihaqi (dalam Al-Sunnan al-Kubra 2/502. Dishahihkan oleh Al-Hakim dan disepakati oleh Al-Dzahabi, serta di-Hasankan oleh Al-Hafidz Al-‘Iraaqi dalam Takhrij Al-Ihya’ 1/321)

    Dalam sabda beliau yang lain,

    أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ

    Wahai manusia, tebarkanlah salah, berilah makanan, dan shalatlah di saat manusia tidur niscaya kami sekalian akan masuk surge dengan kesejahteraan.” (HR. Al-Tirmidzi, Ibnu majah, Ahmad, dan lainnya)
    Dapat dsiimpulkan bahwa shalat malam menjadi ciri khas orang-orang shalih dan menjadi sifat yang melekat pada diri orang bertakwa yang menjadi ahli surga. Beberapa ayat Al-Qur'an menguatkan kesimpulan ini, diantaranya:
     Allah berfirman tentang para wali-Nya, Ibaadurrahman (hamba-hamba pilihan Allah Yang Mahapenyayang),

    وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا  وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا

    Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (QS. Al-Furqan: 63-64)

    Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala tentang penghuni surga dari kalangan orang-orang bertakwa dan sifat-sifat mereka saat hidup di dunia,  

    إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ آَخِذِينَ مَا آَتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ  كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ  وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

    Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Dahulu di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohon ampunan di waktu sahur (menjelang fajar).Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” (QS. Adz-Dzariyat: 17-18)

    Firman Allah yang menerangkan tentang kaum mukminin dan sifat-sifat mereka serta balasan yang Allah janjikan untuk mereka,

    إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآَيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ  تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

    Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong. Lambung-lambung mereka jauh dari pembaringan, karena mereka berdoa kepada Rabb mereka dalam keadaan takut dan berharap kepada-Nya. Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As-Sajadah: 16

    Nasehat Ustadz Ba'asyir untuk Said Aqil : Jangan Jadi Ulama Syaithani


    Setelah menantang Mubahalah Ketua PBNU, Said Aqil Siradj atas fitnah yang dilontarkannya dalam sebuah acara yang diselenggarakan LPOI, ulama sepuh KH. Abu Bakar Ba’asyir menyampaikan nasehatnya kepada Said Aqil Siradj.
    Ustadz Abu Bakar Ba’asyir menegaskan, memang benar para mujahid yang dituduh sebagai teroris itu banyak diantara mereka yang rajin shalat malam, berpuasa sunnah dan hafal Al-Qur’an. Namun mereka tidak seperti Khawarij yang dituduhkan Said Aqil Siradj.
    “Pernyataan Said Agil Siradj tentang mujahid yang dia sebut sebagai teroris dan dinyatakan rajin shalat, hafal Qur’an serta puasa sunnah insya Allah ada benarnya meskipun tidak semua. Tetapi mereka tidak seperti Khawarij yang juga rajin shalat,” kata ustadz Abu Bakar Ba’asyir saat dibesuk para aktivis Islam, Kamis (16/5/2013).
    Namun sayangnya kata ustadz Ba’asyir, Said Aqil Siradj masih kurang jujur dalam menyampaikan ciri para mujahid yang dituduhnya sebagai teroris itu.
    ...Said Agil Siradj kurang jujur, tidak berani menyatakan bahwa jenazah para mujahid yang dia sebut teroris itu baunya harum dan tidak busuk...
    Diantara ciri mujahid lainnya menurut ustadz Ba'asyir adalah ketika wafat jenazahnya harum dan tidak busuk bertahun-tahun
    “Hanya saja Said Agil Siradj kurang jujur, tidak berani menyatakan bahwa jenazah para mujahid yang dia sebut teroris itu baunya harum dan tidak busuk selama bertahun-tahun. Sebenarnya Said Agil Siradj tahu masalah ini tetapi tidak berani menyampaikan kepada umat, karena khawatir umat membela mujahid yang dia sebut teroris,” tutur dai lintas rezim yang kini menjalani vonis zalim 15 tahun di sel Super Maximum Security, LP Pasir Putih Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
    ...Bertakwalah kepada Allah wahai Said Agil Siradj! Anda adalah orang berilmu yang memimpin ormas Islam besar (NU). Maka jadilah ‘alim rabbani jangan menjadi ‘alim syaithani...
    Untuk itu, ustadz Abu Bakar Ba’asyir pun mengingatkan, sebagai seorang ulama keilmuan Said Aqil sangat dibutuhkan umat.
    Maka ustadz Ba’asyir pun menasehati agar Said Aqil agar menjadi ulama rabbani, bukan malah menjadi ulama syaithani.
    “Bertakwalah kepada Allah wahai Said Agil Siradj! Anda adalah orang berilmu yang memimpin ormas Islam besar (NU). Maka jadilah ‘alim rabbani jangan menjadi ‘alim syaithani. Semoga anda menjadi hamba Allah yang benar-benar bertakwa. Ilmu anda sangat dibutuhkan umat Islam, maka tegaslah mengkafirkan thaghut pemerintah Indonesia jangan mengimani dan membelanya.